Sam, suamiku, memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang.
Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja.
Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja.
Namun Sam mencegah niat buruk itu.Akhirnya terpaksa saya 
membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya 
punmelahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya 
menamainya Angelica.
Saya sangat menyayangi Angelica, demikian jugaSam. Seringkali kami 
mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak 
yang indah-indah.
Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa 
stel pakaian butut.  Sam berniat membelikannya, namun saya selalu 
melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti 
perkataan saya. 
Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4
 tahun kala itu.  Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang 
yang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan 
membuat saya menyesal seumur hidup.
Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric
 yang sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya 
tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk  membayar 
hutang.
Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak kejadian itu.
Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia 
Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat 
buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit 
demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang.
Angelica telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama 
putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan 
tidak ada lagi yang mengingatnya.
Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar dikepala saya.
Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya dulu. tiba-tiba bayangan Eric melintas kembali di pikiran saya.
Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric. 
Sore itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad dengan pandangan heran menatap saya dari samping.
“Mary, apa yang sebenarnya terjadi?”
“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal 
yang telah saya lakukan dulu.” aku menceritakannya juga dengan 
terisak-isak.
Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya.
Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. 
Setelah tangis saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari 
belakang. Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter 
dari hadapan saya.
Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric.
Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah.
Saya mengambil seraya mengamatinya dengan seksama.
Saya mengambil seraya mengamatinya dengan seksama.
Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain tersebut 
sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya. Saya 
sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah 
wajah orang itu yang demikian kotor.
Ternyata ia seorang wanita tua.
Ternyata ia seorang wanita tua.
Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.
“Heii.! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”
Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?”
Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega, Tahukah kamu, 10 
tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus menunggu 
ibunya dan memanggil, ‘Mommy., mommy!’ Karena tidak tega, saya terkadang
 memberinya
makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas
ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu.”
makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas
ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu.”
Saya pun membaca tulisan di kertas itu.
“Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi.? Mommy marah sama 
Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji 
kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom.”
Saya menjerit histeris membaca surat itu.
“Bu, tolong katakan. katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan 
meyayanginya sekarang! Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong 
katakan..!!”
Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.
“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric 
telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya 
sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di
 belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila 
Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam
 sana. 
Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari belakang gubuk ini. 
Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras 
menunggu Nyonya di sana.”
Dari kisah yang mengharukan tentang ibu dan anak 
diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa Apapun yang Tuhan titipkan 
kepada kita, maka kita wajib menjaganya. Apalagi yang Tuhan titipkan 
adalah Anak. 
Anak adalah anugrah yang tak terhingga dari sebuah perkawinan. Jadi 
bersyukurlah karena sudah dikarunia Anak dan kita sebagai orang tua 
wajib menjaganya hingga ia tumbuh besar. 
Mudah-mudahan Kisah mengharukan seorang anak yang keterbelakangan mental dan di tinggal orang tuanya ini dapat menjadi teladan bagi kita semua. 
0 komentar:
Posting Komentar